Header Ads

Breaking News
recent

Munir Seorang Aktivis HAM




            Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur 8 Desember 1965, sempat berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dan mendapat gelar sarjana, Munir merupakan seorang aktivis HAM Indonesia keturunan Arab-Indonesia.Munir adalah seorang pria yang sederhana. Pada awalnya munir adalah seorang aktivis muslim ekstrem yang kemudian beralih menjadi seorang yang toleransi, menghormati nlai-nilai kemanusiaan, anti kekerasan dan berjuangtanpa kenal lelah dalam melawan praktik-praktk otoriterian serta militeristik.Beliau adalah sesorang aktivis sejati, tidak pernah mementingkat pangkat maupun Jabatan.
            Untuk Mewujudkan Keseriusannya pada bidang hukum beliau melakukan beberapa pembelaan terhadap sejumlah kasus yang telah terjadi, serta beliau juga mendirikan dan bergabung dengan berbagai organisasi, bahkan beliau juga membantu pemerintah dalam investigasi dan tim penyusunan Rancangan Undang-Undang. Beberapa Kasus yang pernah beliau tangani yaitu kasus Araujo yang dituduh menjadi pemberontak untuk memerdekakan Timor Timur dari Indonesia pada tahun 1992, Kasus Marsinah yang seorang aktivis buruh dan dibunuh oleh militer pada tahun 1994, menjadi penasehat hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan, dalam kasus kerusuhan di PT. Chief Samsung, dengan tuduhan sebagai otak kerusuhan pada tahun 1995, koordinator advokasi kasus-kasus pelanggaran berat HAM di Aceh, Papua, melalui Kontras, serta beberapa kasus lainnya. Jabatan terakhir beliau adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Namanya melambung pada saat menjabat menjadi Dewan Kontras(Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) yang menjadi pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Pada saat itu dia membela orang-orang hilang yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus, yang setelah Presiden Soeharto lengser dari jabatannya, penculikan itu merupakan alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim mawar.Berkat pengabdiannya inilah beliau mendapat beberapa penghargaan dari dalam negeri maupun luar negeri, contohnya yaitu “The Right Livelihood Award” di Swedia yang kemudian beliau membaginya dengan kontras, dan sebagian diserahkan kepada Ibunda beliau.
            Namun Munir meninggal pada tahun 7 September 2004(38 tahun), dengan kronologi beliau sedang melakukan perjalana menuju Amsterdam dari Singapura. Tiga jam setelah take-off Munir mengalami kesakitan dan bolak balik ke toilet. Pilot dan para awak kabin pun memantau terus keadaan Munir dan seorang penumpang yang kebetulan seorang dokter juga berusaha menolongnya. Namun 2 jam sebelum mendarat, 7 September 2004 saat diperiksa Munir telah meninggal dunia.
            Kemudian ternyata pada tanggal 12 November 2014 dikeluarkan kabar oleh polisi Belanda(institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum(racun) setelah otopsi. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Kepolisian Indonesia. Pada 20 Desember 2015 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Beliau membunuh munir karena ingin mendiamkan pengkritik pemerintahan tersebut dan beliau mendapatkan beberapa panggilan dari intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Lalu pada 6 Juni 2008 Komandan Kopassus TNI Angkatan Darat dan juga mantan Deputi BIN, Mayor Jenderal (Purn) Muchdi Purwoprandjono ditangkap oleh polisi sebagai tersangka pembunuhan Munir. Namun beberapa bulan persidangan yaitu pada tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim PN Jakarta Selatan memvonis bebas Muchdi Purwoprandjono. Dan sampai saat ini masih belum diketahui siapa oknum lain(yang menghubungi Pollycarpus) yang ingin menyingkirkan Munir.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.